Senin, 14 Juli 2008

Definisi Kepemimpinan

1. Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
2. Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
3. Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
4. Locke, mendefinisikan kategori kepemimpinan menjadi 3 [tiga] elemen dasar, yaitu:
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi [relation consept], artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tiadak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka.
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka menurut Burns [1978], bahwa untuk menjadi pemimpin seseorang harus dapat mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi responsive.
c. Kepemimpinan bearti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model [menjadi teladan], penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi [Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam Mochammad Teguh, dkk., 2001:69.
5. Kepemimpinan adalah "suatu proses terencana yang dinamis melalui suatu periode waktu dalam situasi yang di dalamnya pemimpin menggunakan perilaku (pola/gaya) kepemimpinan yang khusus dan sarana serta prasarana kepemimpinan (sumber-sumber) untuk memimpin (menggerakkan/mempengaruhi) bawahan (pengikut-pengikut) guna melaksanakan tugas/ pekerjaan (menyelesaikan tugas) ke arah (dalam upaya pencapaian) tujuan yang menguntungkan (membawa keuntungan timbal balik) bagi pemimpin dan bawahan serta lingkungan sosial di mana mereka ada/hidup.” Definisi ini dikemukakan oleh J. Robert Clinton dalam bukunya, The Making of A Leader dan dimodifikasi oleh Y. Tomatala, dalam bukunya, Kepemimpinan Yang Dinamis.
6. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
7. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
8. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
9. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
10. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
11. Lord Montgomery mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: "Kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengerahkan orang laki-laki dan perempuan untuk satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan." Contoh yang menonjol dari sifat ini adalah Sir Winston Churchill, terutama pada masa-masa yang paling sulit dalam Perang Dunia II.
12. Dr. John R. Mott, seorang pemimpin kaliber dunia di kalangan mahasiswa, memberikan definisi sebagai berikut, "Seorang pemimpin adalah orang yang mengenal jalan, yang dapat terus maju dan yang dapat menarik orang lain mengikuti dia."
13. Definisi Presiden Truman berbunyi, "Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukannya."
14. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada su­atu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah ter­ca­painya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R. F., Massa­rik).
15. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi se­di­kit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pe­nga­­rah­an-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn).
16. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivi­tas sebu­ah kelompok yang diorganisasi ke arah pen­ca­pai­an tu­ju­­­an (Rau­ch dan Behling).
INDIKATOR-INDIKATOR KEPEMIMPINAN
CONTOH KASUS KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan Habibie- Kasus Partai Golkar
===========================

Konflik di tubuh Golkar telah "dianggap" selesai. Paling tidak hal itu telah diungkapkan oleh Muladi. Namun demikian, banyak yang tidak memperhatikan proses penyelesaian konflik itu dan lebih melihat pada hasilnya. Padahal proses itu kalau diamati bisa memberi gambaran mengenai bagaimana visi kepemimpinan Presiden Habibie didalam menyelesaikan sebuah masalah.

Seperti kita telah mengetahui, semuah tokoh yang terlibat didalam konflik dan tentu saja DPP diundang ke rumah Presiden Habibie untuk menyelesaikan konflik itu agar tidak semakin besar. Resolusi konflik itu lebih cenderung ke bentuk kompromi yaityu kesepakatan untuk tidak cuap-cuap sendiri [Muladi] dan tetap mencalonkan Habibie sebagai Presiden [Eki-Akbar]. Dua pertanyaan kritis muncul; pertama "mengapa konflik itu baru bisa selesai setelah Presiden Habibie mengambill peran?", ke dua "apakah Akbar Tanjung sebagai ketua umum partai dipandang tidak mampu menyelesaikan sehingga dipandang membahayakan tujuan organisasi Golkar?"

Penyelesaian konflik organisasi di tubuh organisasi Golkar di kediamanPresiden jelas tempat terbaik secara politis, namun hal itu juga sekaligus menyiratkan bahwa organisasi Golkar sebenarnya belum mandiri untuk menyelesaikan masalahnya inetern organisasinya. Habibie sebagai anggota Golkar dan Habibie sebagai presiden tidak mungkin dipisahkan dalam proses penyelesaian konflik itu. sedemokratis apapun proses penyelesaian konflik itu namun figur presiden pada diri Habibie memiliiki harga yang berbeda. Artinya, Golkar masih dengan paradigma lama dimana Presiden adalah referensi utama seperti di jaman Orde Baru dengan Pak Harto sebagai referensi utamanya.

Di sisi yang lain, penyelesaian konflik organisasi Golkar setelah Presiden Habibie turun tangan justru semaki menunjukkan bahwa disamping Golkar dibawah Akbar tidak solid (Monuver Baramuli dkk melalui DPD-DPD untuk "mengganggu" legitimasi kepemimpinan ketua umum partai Akbar Tanjung adalah salah satu indikatornya) juga cara itu justru bersifat negatif terhadap
kewibawaan Akbar Tanjung sebagai ketua umum partai yang ternyata masih belum bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan presiden. Munaslub memang tidak akan dilaksanakan namun DPD-DPD itu telah menulis surat ke DPP, artinya mereka secara terbuka telah mempertanyakan kepemimpinan Akbar Tanjung.

Campur tangan Presiden Habibie dalam kasus ini, sebenarnya justru melemahkan posisi Akbar Tanjung secara organisasional. Ini dengan asumsi paradigma baru dan visi baru. Namun, ini juga menunjukkan bagaimana visi kepemimpinan Habibie dalam penyelesaian masalah. Habibie sebagai anggota Golkar yang sedang menjabat Presiden bagaimanapun juga memiliki sumber kekuasaan rangkap. Potensi itu tentunya akan lebih "smart" kalau digunakan untuk mempengaruhi proses penyelesaian konflik secara tidak langsung dan tidak terbuka. Tujuan penyelesaian konflik sudah jelas, oleh karena itu hidden solution adalah lebih baik bagi Golkar.

Dari peristiwa ini kita melhat di satu sisi sistem nilai Habibie sebagai individu yang demokratis dan positive thinking terhadap orang lain namun di sisi lain menunjukkan ketidaktepatan situasi. Orang Jawa mengatakan "bener nanging ora pener" atau benar namun tidak pas. Konsistensi ini juga bisa dilihat dalam stafing kabinetnya yang mencerminkan bagaimana ia hendak merangkul semua golongan, penetapan anggota Dewan pertimbangan Agung yang juga hendak merangkul semua golongan, penganugerahan bintang jasa selama dua kali berturut-turut yang mengundang pertanyaan umum, pengungkapan kasus Freeport , dan penyelesaian kasus-kasus KKN. Berlarutnya pengusutan TriSakti, Semanggi, Galib, Soeharto, Bak Bali telah mencerminkan bagaimana kemampuannya yang dilandasi oleh sistem nilai itu untuk menyelesaikan masalah. Bagaimanapun juga, sistem nilai itu pernah menghidupkan kembali Ali Sadikin dan Nasution yang telah dimatikan secara perdata oleh pemerintahan Soeharto. Hanya Habibie yang mungkin melakukan itu ada saat itu. Ini contoh yang "bener" dan "pener".

Tidak ada komentar: